Wiw, lama gak buka blog, jadi bingung mau posting apa. Sebenernya banyak yang pengen diposting. Karna bingung, jadi mending posting laporan aja yo, laporan waktu kerja praktek di PT. ITB. Tbk Plant 12 Tarjun. Semoga bisa bermanfaat buat temen-temen yang sedang atau akan melaksanakan kerja praktek. Amin
PENENTUAN NERACA MASSA dan NERACA PANAS UNIT KILN
di PT.ITP.Tbk Plant 12 Tarjun
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu industri semen,
proses pembakaran yang terjadi di kiln merupakan
bagian dari proses yang sangat vital, karena pada proses tersebut yang akan menentukan
kualitas semen yang dihasilkan dan besar kecilnya biaya produksi yang
diperlukan.
Sistem kiln merupakan jantung dari pabrik semen dimana proses kimia
berlangsung. Alat dalam proses produksi sudah dirancang sedemikian rupa untuk
kapasitas tertentu, akan tetapi setelah pemakaian yang lama ada kemungkinan
efisiensi dari alat berkurang, sehingga mengakibatkan adanya massa dan panas
yang hilang. Untuk itu perlu dijaga efisiensinya, dengan melakukan analisa dan
perhitungan terhadap aliran massa dan panas pada unit kiln tersebut.
Evaluasi distribusi energi
termal dari suatu instalasi harus diawali dengan memetakan aliran massa. Tanpa
mengevaluasi secara cermat aliran massa, penyimpangan yang terjadi akan sangat
besar dimana konsep energi akan selalu terkait dengan massa.
Dalam tugas ini akan dibahas
satu contoh neraca massa dan panas untuk unit kiln. Proses evaluasi aliran massa dan panas diturunkan dengan
hukum kekekalan massa dan energi dengan menyeimbangkan massa dan panas secara
keseluruhan yang terintegrasi (global).
1.2 Perumusan Masalah
Pokok permasalahan yang ingin
dikemukakan adalah untuk menentukan neraca massa dan nerasa panas pada unit kiln di PT.Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk Plant 12 Tarjun.
1.3 Batasan Masalah
Permasalah dibatasi pada
perhitungan aliran massa dan panas pada suspension
preheater, rotary kiln dan cooler.
1.4 Tujuan
Menghitung neraca massa dan
panas di suspension preheater, rotary
kiln dan cooler pada pabrik
semen.
1.5 Manfaat
Manfaat dari menghitung neraca
massa dan panas di unit kiln maka
dapat diketahui massa dan panas yang hilang pada alat proses, dan dapat
menentukan udara excess yang
dibutuhkan untuk reaksi pembakaran serta efficiency
cooler.
1.6 Metodologi
Pengumpulan data yang
diperlukan dalam perhitungan dilakukan dengan :
1. Lapangan
Pengambilan
data langsung dari hasil analisa CCR (Centre
Control Room) dan QC (Quality
Control) Department.
2. Literatur
Data dari
literatur sebagai pendukung yang ada kaitannya dengan neraca massa dan panas.
2 LANDASAN
TEORI
2.1 Neraca Massa
2.1.1 Model
Neraca Massa
Neraca massa global yang
diperhitungkan dalam tugas ini adalah neraca masuk dan keluar sistem kiln yang terdiri dari suspension preheater, rotary kiln dan cooler. Model neraca massa global unit kiln :
Gambar 2.1 Model aliran massa di unit kiln
Dari model neraca massa di
atas dapat dilihat parameter-parameter yang menjadi massa input dan massa output.
Parameter massa input yaitu kiln feed yang masuk ke SLC (Separated Line Calsiner), AQC (Air Quenching Cooler) atau udara
pendingin yang masuk ke cooler, udara
dari axial dan radial blower yang masuk ke rotary
kiln dan batubara dari coal blower
yang masuk ke rotary kiln, SLC (Separated Line Calsiner) dan ILC (In Line Calsiner). Sedangkan parameter
massa output yaitu dust return dari ILC, dust yang menuju EP (Electrostatic Precipitator) fan dan clinker yang sudah didinginkan di cooler. TAD (Tertiary Air
Duct) merupakan saluran tempat mengalirnya gas panas dan debu hasil
pendinginan clinker di cooler. gas panas yang dihasilkan
dimasukkan kembali ke dalam SLC dan ILC untuk memanaskan kiln feed, sedangkan debu hasil pendinginan clinker di cooler dapat
digunakan kembali sebagai campuran clinker.
Asumsi dan pendekatan yang
digunakan dalam penyusunan neraca massa ini antara lain :
1. Kondisi aliran massa tunak/steady.
2. Proses pembakaran sempurna dan
tidak ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar.
3. Sebagian kiln feed yang diumpankan ke dalam suspension preheater dan tidak tersaring oleh siklon akhirnya
disaring hampir seluruhnya oleh electrostatic
precipitator (EP) dan kembali diumpankan bersama-sama dengan fresh kiln feed.
4. Tidak ada debu dari bahan bakar
yang menjadi fly ash, sehingga
seluruh debu yang terkandung dalam bahan bakar akan menjadi komponen klinker.
5. Seluruh air yang terkandung dalam
bahan bakar maupun kiln feed akan
menguap selama proses dan keluar melalui siklon atas bersama-sama dengan gas
hasil pembakaran dan gas hasil proses kalsinasi CaCO3 dan MgCO3.
6. Seluruh massa debu yang terbawa exit air terhitung sebagai massa klinker
keluar dari cooler (tersaring di EP)
dan dimasukkan sebagai produk klinker.
7. Pada cooler selalu terjadi kelebihan udara pendingin klinker yang
dibuang ke lingkungan. Besarnya kelebihan udara ini adalah sejumlah udara
pendingin yang digunakan dikurangi dengan udara yang digunakan untuk pembakaran.
4.2.1.2 Metode Perhitungan Neraca
Massa
Aliran massa masuk ke kiln meliputi :
1. Kiln feed (fres raw mix) adalah bahan baku yang diumpankan ke dalam
suspension preheater per satuan massa
per jam. Kiln feed selanjutnya akan
terbagi dalam dua string yang
didasarkan pada besarnya temperatur siklon-siklon pada kedua string tersebut. Kiln feed ini akan tersaring oleh gas pada siklon paling atas yang
disebut sebagai dust return, sehingga
kiln feed yang masuk ke siklon
adalah:
KF tersaring = Effisiensi top × Kiln feed
Dimana, effisiensi top = 1-
Kiln
feed yang tersaring ini sebagian akan terkalsinasi
menjadi CO2 yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
CO2 =
Sedangkan uap air dari penguapan kiln feed adalah sebesar :
H2O
KF = %H2O dalam KF × KF tersaring
CO2
dan uap air beserta gas-gas lainnya selama mengalami pemanasan dalam proses
kalsinasi diperalatan proses ini sering disebut dengan lost of ignition (LOI). Jumlah LOI dari kiln feed yang tersaring lebih besar dari CO2 dan H2O
yang dihasilkan oleh kiln feed, hal
ini menunjukkan bahwa ada gas lain yang terbentuk diluar CO2 dan H2O
yang besarnya adalah :
Mgas =
LOI × KF tersaring – CO2
Maka
jumlah kiln feed yang akan menjadi
klinker dirumuskan sebagai berikut:
KF kiln
= KF tersaring × (1-LOI)
2. Bahan bakar yang diumpankan ke
dalam sistem global adalah batubara. Bahan bakar tersebut
diinjeksikan ke dua ruang bakar yaitu ke main
burner (di kiln) dan PC duct. Kiln feed yang akan menjadi klinker
bercampur dengan abu dari bahan bakar dan keluar bersama-sama dari cooler sebagai produk klinker, jadi abu
ini tidak ikut terbang keluar bersama gas. Besarnya persen abu dari batubara
diperoleh dari hasil technical analysis
coal di quality assurance. Total produksi klinker menjadi :
Produk klinker
= KF kiln + ash
3. Massa udara yang masuk ke dalam sistem kiln terdiri dari massa udara axial dan radial yang diinjeksikan ke dalam main burner di kiln,
massa udara pendingin dan massa udara coal
blower. Massa udara pendingin dihasilkan oleh beberapa fan pada grate cooler.
Udara yang dibutuhkan untuk pembakaran diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu
udara pembakaran teoritik dan udara pembakaran aktual. Udara pembakaran
teoritik didefinisikan sebagai udara minimun yang dibutuhkan untuk pembakan
batubara, yang diestimasi berdasarkan kandungan C, H, O, N dan S dari batubara.
Udara yang diperlukan untuk pembakaran pasti mengandung udara berlebih (axcess air). Excess air merupakan parameter yang sangat penting dalam penentuan suplai
bahan bakar dan kebutuhan udara pembakaran serta untuk perhitungan energi gas
hasil pembakaran.
2.2 Neraca Panas
2.2.1 Model
neraca panas
Acuan penyusunan neraca panas
adalah hukum termodinamika I yang menyatakan energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnakan hanya dapat berpindah dalam bentuk kerja (work) atau panas (heat), artinya energi hanya bisa didefinisikan jika dibandingkan
dengan suatu tingkat keadaan tertentu yang disebut sebagai keadaan referensi.
Jika aliran massa suatu sistem mempunyai sifat (properties) yang sama, maka
tingkat keadaan referensi dapat ditentukan secara bebas, bahkan dapat langsung
dibandingkan. Karena sistem ini bekerja dengan aliran massa yang beragam maka
ditentukan tingkat keadaan referensi pada temperatur 0º C dalam setiap analisis
neraca panas. Pengambilan temperatur 0º C sebagai temperatur referensi
sekaligus mengakatan bahwa semua zat berwujud tidak berenergi atau mempunyai
kandungan energi yang sama besar pada temperatur ini.
Pada sistem
termodinamika terdapat dua macam sistem dasar, yaitu closed system (control mass)
dan open system (control volume). Analisa neraca panas disemua unit instalasi termal pabrik semen
dikembangkan berdasarkan sistem kontrol volume. Model neraca panas digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 2.2 Aliran massa yang membawa panas masuk dan keluar sistem
Neraca panas sangat bermanfaat
untuk menentukan konsumsi energi spesifik sekaligus mengetahui distribusi
pemakaian energi, dan terutama untuk mengetahui panas yang dibutuhkan untuk
membentuk klinker.
Asusmsi dan pendekatan yang
digunakan dalam penyusunan neraca panas secara global :
1. Kondisi aliran tunak atau steady.
2. Proses pembakaran adiabatik
berlangsung sempurna.
3. Proses kalsinasi material baku
yang terjadi di suspension preheater (percal) didekati dengan formulasi
empiris yang dikembangkan oleh UBE sebagai fungsi polinomial pangkat dua dari
temperatur material.
Percal = A × (Tm)2 + B × Tm + C
Dengan
Tm adalah temperatur material baku di suatu tempat yang ingin ditentukan harga
persentase kalsinasi yang terjadi. Temperatur mulai terjadinya kalsinasi
diperkirakan 700º C. Nilai A, B, C merupakan konstanta yang diproleh dari hasil
penelitian di setiap pabrik.
4. Kapasitas kalor gas pembakar
didekati dengan kapasitas kalor masing-masing gas penyusunnya.
5. Sistem global dan semua sistem
dimodelkan sebagai volume alir dan panas yang terlibat diklasifikasikan sebagai
panas sensibel (panas yang dibawa aliran massa) dan panas laten yang
melangsungkan proses-proses pembentukkan klinker, kalsinasi dan perubahan fasa.
6. Kemungkinan terjadinya reaksi
kimia tambahan diluar proses klinkerisasi diabaikan.
7. Harga kapasitas panas pada
tekanan konstan dikalikan dengan temperatur diperoleh dari handbook F.L. Smidth (7) dan buku lainnya yang relevan dirumuskan
sebagai :
Cp × T = AT + BT2.10-6 + CT3.10-9
Dimana T dalam ºC dan nilai A, B dan C ditunjukkan
dalam table berikut ini :
Tabel 2.1 Harga konstanta A, B
dan C
No.
|
Material
|
A
|
B
|
C
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Raw mix
Klinker
Batubara
Udara
CO2
O2
H2O
N2
SO2
|
0,206
0,186
0,262
0,237
0,196
0,218
0,443
0,25
0,15
|
101
54
390
23
118
30
39
0
0
|
-0,307
0
0
0
-43
0
-28
0
0
|
Asumsi yang digunakan pada tiap alat di unit kiln :
a. Suspension preheater
1. Kondensasi alkali hanya terjadi di calsiner atau PC duct,
jadi belum ada alkali yang mengauap di suspension
preheater.
2. Tidak ada material volatil yang bersirkulasi
selain alkali.
3. Perbedaaan tekanan di kiln dan suspension preheater
diabaikan sehingga kalor penguapan alkali dapat diwakili oleh harga literatur
yaitu sekitar 7,5
klinker.
b. Kiln
1. Energi untuk melangsungkan reaksi kimia hanya
digunakan untuk penyempurnaan kalsinasi dan klinkerisasi.
2. Proses pencairan raw mix berlangsung di dalam kiln,
kemudian juga untuk proses kondensasinya. Asumsi lain yang menyertainya adalah
persentase fase cair dari raw mix
masuk kiln dapat diabaikan.
3. Senyawa volatil hanya bersikulasi sekali.
c. Cooler
1. Di dalam cooler,
klinker hanya mengalami pendinginan dan tidak tidak terjadi perubahan fasa dari
cairan ke padatan. Jadi kalor yang saling dipertukarkan hanya untuk pemanasan
dan pendinginan (tidak diperlukan atau dibebaskan kalor laten).
2. Keberadaan mineral-mineral klinker masuk cooler yang berfase cair diabaikan
mengingat persentase yang sangat kecil.
3. Udara pendingin yang disuplai oleh fan yang berbeda-beda mempunyai kondisi
awal yang sama.
4. Energi yang dibawa debu yang ikut bersama
udara sisa diperhitungkan sebagai produk klinker.
2.2.2 Metode
Perhitungan Neraca Panas
Berdasarkan asumsi-asumsi di
atas maka neraca panas global dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Neraca
Panas Masuk
1. Panas sensibel yang dibawa oleh aliran massa
masuk sistem. Secara umum panas sensibel aliran massa sebesar :
Qsens = m × Cp × T
Panas sensibel yang dibawa aliran massa
masuk sistem kiln secara global
terdiri dari :
o
Panas
sensibel udara pendingin masuk cooler.
o
Panas
sensibel dari udara bocor
o
Panas
sensibel bahan bakar kering
o
Panas
sensibel kiln feed kering
o
Panas
sensibel udara axial dan radial yang masuk kiln.
o
Panas
sensibel udara blower pendorong
batubar.
o
Panas
sensibel uapa air yang terkandung dalam kiln
feed dan bahan bakar.
2. Panas laten bahan bakar yang msuk ke kiln dan preheater dirumuskan sebagai berikut:
Q kiln = NHV coal × m coal
Q sp = NHV coal × m coal
Dimana NHV coal adalah nilai kalor bahan bakar
batubara. Jumlah Q kiln dan Q sp ini
sebenarnya yang disebut dengan spesific
heat consumption.
3. Panas laten untuk sublimasi senyawa
alkali. Besarnya panas ini sama dengan pans laten untuk evaporasi senyawa
alkali.
b. Neraca
panas keluar
1. Panas total pembentukkan klinker (enformasi)
yaitu merupakan resultan dari panas kalsinasi dan klinkerisasi, F.L. Smidth
telah mempublikasikan bahwa tidak semua reaksi kimia pembentukkan
mineral-mineral klinker memerlukan panas (endoterm) dan bahkan secara
keselurahan justru menghasilkan panas (eksoterm) sehingga panas satuan total
pembentukkan klinker nilainya tidak sebesar panas kalsinasi. Panas formasi
klinker ini diformulasikan sebgai berikut :
Enformasi = CaO×7,646+MgO×6,48+Al2O3×4,11–SiO2×5,176–Fe2O3×0,59
(Duda, H.Walter, Hal
455)
Dimana CaO, MgO, Al2O3,
SiO2 dan Fe2O3 adalah persentasi material
tersebut dalam klinker. Jika ditinjau dari segi proses panas pembentukkan
klinker tersebut dapat diuraikan menjadi :
a. Kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu raw meal sampai 900 ºC.
b. Kalor reaksi yang dibutuhkan
untuk reaksi dikomposisi karbohidrat,
dirumuskan :
Qdiss = 714 × CaO + 588× MgO + 564 × Al2O3
c. Panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu dari 900º C - 1450ºC.
d. Panas pembentukkan klinker,
merupakan reaksi eksotermis. Dari Frederick, M. Lea tabel 12, panas
pembentukkan klinker untuk C3S adalah 111
, C2S
145
, C3A
21
dan C4AF 24
.
2. Panas penguapan (evaporasi/laten) yang
terkandung di dalam kiln feed dan
bahan bakar. Menurut F.L. Smidth, panas penguapan untuk air bebas pada 0ºC
adalah 597
.
3. Panas laten untuk evaporasi senyawa alkali di
kiln
Qev.alkali
= QevK2O + QevNa2O
- Panas sensibel yang dibawa aliran massa keluar sistem terdiri dari :
o
Panas
sensibel gas keluar dari siklon teratas. Panas ini terdiri dari panas sensibel
gas hasil pembakaran, gas hasil kalsinasi, dan uap air.
o
Panas
sensibel klinker keluar dari cooler,
ditentukan oleh temperatur klinker. Dalam permodelan ini, kandungan panas semua
kualitas klinker yang mungkin dihasilkan didekati dengan nilai kapasitas panas
yang sama.
o
Panas
sensibel sisa udara pendingin yang dibuang ke atmosfer. Pengaruh panas ini
terhadap konsumsi energi sangat signifikan, dan besaran ini tidaklah
independen, namun terkait dengan proses pembakaran.
o
Panas
sensibel padatan tak tersaring oleh siklon teratas, diasumsikan bahwa
temperatur padatan ini sama dengan temperatur gas keluar ddari siklon sehingga
panas ini ditentukan oleh massa aliran dust
return.
o
Panas
sensibeldust yang ikut pada fas sisa
pendingin masuk ke EP Fan.
3 Hasil dan Pembahasan
Dari analisa dan perhitungan neraca massa didapat
hasil sebagai berikut :
Tabel 3.1 Neraca massa pada sistem kiln
Input (Kg/h)
|
Output (Kg/h)
|
||||||
Kiln Feed
|
505000,00
|
Klinker
|
306352,70
|
||||
Coal
|
Kiln
|
15480,00
|
Ash Coal
|
Kiln
|
1860,70
|
||
ILC
|
5940,00
|
SLC
|
2169,61
|
||||
SLC
|
18050,00
|
39470,00
|
ILC
|
713,99
|
4744,29
|
||
Udara Masuk
|
Dust
Return
|
SLC
|
7423,50
|
||||
1. Kiln
|
H2O
|
306,38
|
ILC
|
27926,50
|
35350,00
|
||
O2
|
1628,34
|
||||||
N2
|
5359,96
|
7294,68
|
Gas
Buang
|
||||
1. SLC
|
N2
|
104140,53
|
|||||
2. SLC
|
H2O
|
306,38
|
H2O
|
11339,07
|
|||
O2
|
1628,34
|
CO2
|
35754,23
|
||||
N2
|
5359,96
|
7294,68
|
Mgas
|
6,36
|
|||
SO2
|
6514,79
|
||||||
3. ILC
|
H2O
|
66,60
|
O2
|
33786,02
|
191541,00
|
||
O2
|
353,99
|
||||||
N2
|
1165,21
|
1585,80
|
2. ILC
|
N2
|
40298,19
|
||
H2O
|
6252,48
|
||||||
4. Axial
|
H2O
|
362,86
|
CO2
|
48069,94
|
|||
O2
|
1928,52
|
Mgas
|
23,94
|
||||
N2
|
6348,06
|
8639,44
|
SO2
|
2143,92
|
|||
O2
|
12949,49
|
109738,00
|
|||||
5. Radial
|
H2O
|
327,59
|
|||||
O2
|
1724,63
|
3. Kiln
|
N2
|
97159,96
|
|||
N2
|
5676,90
|
7726,02
|
H2O
|
10055,66
|
|||
CO2
|
156492,79
|
||||||
6. AQC
|
H2O
|
34469,18
|
SO2
|
5587,20
|
|||
O2
|
183198,00
|
O2
|
31359,45
|
300655,00
|
|||
N2
|
603027,00
|
820694,80
|
|||||
4. EP Fan
|
O2
|
117144,96
|
|||||
False Air
|
81088,41
|
N2
|
385602,16
|
||||
H2O
|
27665,70
|
530413,00
|
|||||
Total
|
1478494
|
Total
|
1478494
|
||||
Dari
perhitungan didapat data-data berupa massa input
dan output untuk neraca massa
pada unit kiln seperti pada tabel 3.1
diatas. Kesetimbangan ini diperoleh setelah mendapatkan massa input dan massa output, lalu dengan mencari false
air. Dimana false air merupakan
selisih dari massa output dan input. False air ini merupakan udara
luar yang masuk kesistem akibat dari kebocoran udara yang terjadi pada suspension preheater dan kiln, karena adanya sambungan pada alat
yang tidak rapat atau sealing system yang
sudah tidak bagus lagi. False air ini
sedikit banyak akan mempengaruhi proses yang terjadi, yaitu terhadap jumlah freelime yang terbentuk dikiln. Jumlah freelime ini akan berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan.
Freelime dalam kiln dibatasi anatara 0,5-1,2%.
Selain itu pada perhitungan neraca massa ada terdapat LOI (Lost of Ignition). LOI merupakan gas
yang terbentuk dari material yang bereaksi dicalsiner maupun dikiln.
Gas ini selanjutnya akan terbawa keluar menjadi gas buang.
Selanjutnya didapat hasil
perhitungan untuk neraca panas sebagai berikut :
Tabel 3.2 Neraca
panas pada sistem kiln
Input (kkal/kg)
|
Output
(kkal/kg)
|
||||||
Coal Combustion
|
kiln
|
252,43
|
Q Sensibel
|
Klinker
|
15,23
|
||
SP
|
391,2
|
643,63
|
EP Dust
|
2,18
|
|||
EP Fan
|
123,80
|
||||||
Q Sensibel coal
|
Dry coal
|
1,99
|
ILC dust
|
6,90
|
|||
Water
|
0,65
|
2,64
|
SLC dust
|
1,85
|
149,95
|
||
Q Sensibel Kiln Feed
|
Dry KF
|
20,59
|
Q Penguapan
|
H2O KF
|
2,61
|
||
Water
|
0,26
|
19,42
|
H2O Coal
|
6,48
|
9,09
|
||
Q Sensibel Udara
|
Kiln
|
0,32
|
Q Sensibel gas buang
|
SLC
|
58,19
|
||
ILC
|
0,07
|
ILC
|
33,66
|
91,85
|
|||
SLC
|
0,32
|
||||||
Axial
|
0,38
|
Q Pembakaran klinker
|
energi formasi
|
422,77
|
422,77
|
||
Radial
|
0,34
|
||||||
AQC
|
18,02
|
19,45
|
Panas
Hilang
|
11,48
|
|||
Total
|
685,14
|
Total
|
685,14
|
||||
Dari hasil
perhitungan neraca panas diatas dapat dilihat, panas yang keluar sama dengan
panas yang masuk. Dari perhitungan terdapat panas yang hilang (heat loss) selama proses, dimana heat loss diperoleh dari selisih total
panas yang masuk dan panas yang keluar. Heat
loss ini terjadi secara konduksi, konveksi maupun radiasi selama proses
berlangsung, baik di superheated suspension
atau kiln. Selain itu, dapat juga
terjadi karena adanya kebocoran dan isolasi pada alat yang sudah kurang baik,
sehingga menyebabkan banyak panas yang terbuang.
Kemudian dari perhitungan didapat pula efficiency cooler, dimana efficiency
cooler diperoleh dari selisih total panas yang keluar dengan heat loss dibagi dengan total panas
masuk. Efficiency cooler yang
diperoleh sebesar 98,33 %.
4 Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diambil dari tugas khusus ini adalah :
1. Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa
dapat diketahui massa input dan output yaitu sebesar 1478794 kg/h.
2. False
air sebesar 81088,41 kg/h atau sekitar 5,48 % disebabkan oleh adanya kebocoran pada
sambungan-sambungan alat dan sealing
system yang tidak baik lagi.
3. Berdasarkan hasil perhitungan neraca panas,
dapat diketahui panas input dan panas
output yaitu sebesar 685,14 kkal/kg.
4. Heat loss sebesar 11,48
kkal/kg atau sekitar 1,67 % yang disebabkan oleh adanya
perpindahan panas secara radiasi, konveksi dan konduksi.
5. Efficiency
cooler yang diperoleh dari perhitungan
sebesar 98,33 %.
BAB V
PENUTUP
1 KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil kerja praktek di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk plant 12 maka dapat diambil beberapa kesimpulan
berikut :
1)
Pabrik
semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant
12 Unit Tarjun merupakan industri
yang ditinjau dari faktor pengadaan
bahan baku, bahan bakar, tenaga kerja, pemasaran, transportasi darat dan laut,
serta sumber energi listrik dan air yang merupakan industri yang berpotensi
bagus.
2)
Pencemaran
udara atau debu semen pada PT. ITP ,Tbk dikendalikan dengan pemasangan EP Fan
pada raw mill dan bag filter pada daerah berdebu seperti cement mill, sehingga udara tidak begitu
tercemari dan kesehatan para karyawannya lebih terperhatikan.
3)
Dengan
penggunaan suspension preheater,
penggunaan energi atau panas lebih hemat dan efisien, selain itu desain kiln bisa lebih pendek, sehingga proses
produksi lebih besar dan cepat.
4)
Bahan
bakar utama yang digunakan untuk proses pembakaran di kiln adalah batubara, karena batubara lebih ekonomis dan mudah didapat di Kalimantan Selatan.
5)
Panas
yang dihasilkan pada suspension
preheater, kiln maupun cooler
dimanfaatkan kembali untuk penggilingan di raw
mill dan coal mill. Yang mana hal
ini akan menghemat energi, dan menjadikan biaya operasional lebih tipis.


Mau tanya buku referensi yang agan pake apa aja ya?.. Thanks
ReplyDeleteMaaf gan,baru buka blog..
ReplyDeleteini gan...
Duda, Walter H., 1995, Cement Data Book 1st edition, Bouverlag GmbH Wiesbaden Und, Berlin.
McCabe, W.L and Harriot, 1993, “Unit Operation Of Chemical Engineering”, 5th edition, McGraw Hill, New York.
Perry, G. H., 1997, Chemical Engineering Handbook 7th Edition, McGraw Hill, New York.
sama laporan kakak tingkat terdahulu yang pernah kerja praktek disana..
Ada referensi laen gan?.. Ane baca di posting an agan, ada referensi F L Smidth.. dan lain-lain..
ReplyDeleteKalo laporan umumnya ada gan ?
ReplyDeleteKalo laporan umumnya ada gan ?
ReplyDeleteterimkasih blognya sangat bermanfaat. saya boleh melihat perhitungan full nya tidak. saya kerja prkatek di industri semen juga, tetapi saya tidak menghitung axial dan radial pada kiln burnernya.
ReplyDelete